(Gambar dikutip dari sini) ¼ abad sudah umurku saat ini, namun wajah indah dan pelukan hangat sosok seorang ayah belum pernah aku rasakan dalam keadaan sadarku. Sosok Bapak yg seharusnya bisa menjadi figure dan contoh buat aku sebagai seorang laki-laki calon pemimpin rumahtanggaku kelak. Kadang rasa iri dan cemburu sering menggelayut ketika melihat temen-temenku yang dapat merasakan sentuhan kasih sayang sosok ayah kandung yang bisa menjadi pelindung, teman, dan sebagai acuan untuk bergerak mencapai masa depan. Bersama ibu, kakak perempuanku dan satu adek kecilku aku jalani kehidupan ini pelan-pelan. Kau tinggalkan kami ketika aku belum sadar dan mengerti tentang apa itu kehidupan, seperti apa kita harus hidup di dunia ini dan harus seperti apa aku belajar kehidupan ini, ya.. tepatnya kira-kira aku masih berumur 2-3 tahun. Di mana masih saatnya di manja-manja dengan kasih sayangmu. Tapi aku bersyukur atas semua keadaan ini karena Allah begitu besar kuasanya, Ia menciptakan cerita hidupku seperti ini sekaligus memberikan solusi atas semua yang telah di goreskan bagiku untuk menjalani semua ini tanpa kenal putus asa. Orang-orang bercerita bahwa ayah sosok yang tinggi, tegap dan memiliki kekayaan yang banyak dibumi sulawesi didaerah Goa. Bahkan dari nama bapak masih keturunan darah biru (mang ada ya orang yang punya darah biru yg bener merah kali.. :D). Saat itu engkau pulangkan kami ke tanah jawa karena kondisi Ibu yang sering sakit disana. Engkau berjanji untuk mengunjungi kami kembali nanti ketika ibu sudah sembuh. Saat yang kunanti selalu itu samapai ¼ abad umurku tidak datang jua hanya sekedar angan dan mimpi belaka yang semakin membumbung tinggi menghilang di balik awan-awan indah di langit. Kau biarkan ibu berjuang keras membesarkan 3 anak sendirian(Insyaallah akan kutilis secara terpisah perjuangan ibuku yang hanya seorang lulusan SD tapi ke-2 anaknya bisa sarjana semua lho, ibuku keren kan??). Samapai aku menginjak bangu TK mulai mengerti tentang logika hidup dan bertanya tentang sosok bapak?? Kayak apa sih bapak itu?? Kenapa sih ko’ gak pulang-pulang (kayak bang toyib kali ya.. hehee..). Dan terakhir suratmu kuterima ketika aku kelas 2 SD, ya zaman dlu kan belum ada HP jadi pak pos masih laris. Semenjak itu tidak ada kabar kabur darimu sama sekali. Apakah aku marah padamu?? Benci padamu?? Mangkel atau dendam padamu?? Insyaallah tidak samasekali. Ko’ bisa yaa?? Itulah kebesaran Allah dan Allah tidak pernah salah dalam menuliskan cerita hidup bagi tiap-tiap umatnya. Aku tidak tau kondisimu disana jadi tidak pantas aku marah atau benci padamu ayah. Engkau masih hidup atau sudah meninggal akupun tidak tau jadi karena tidak ada alasan yang pas why u’are not come here until now? maka akupun juga tidak punya alasan untuk marah padamu. Apapun engkau tetap bagian dari kisah hidupku kuberdo’a jika masih engkau hidup engkau sehat selalu dalam limpahan rahmatnya, jika sudah dipanggil Rabb pemilikmu kuberharap alam barzah menjadi tempat terindah dan kemuliaan bagimu serta syurga menjadi akhir cerita diakhiratmu kelak. Ehm.. mungkin orang lain mengira ini sebagai suatu kegagalan rumah tangga dalam cerita hidup ibu dan keluargaku, namun bagiku ini bukan sebuah kegagalan karena tidak ada alasan yang pas bagiku kenapa ayahku belum kembali hingga saat ini. Ya kalau beliau masih sehat?? Kalau sudah meninggal gmn?? Kan sangat jahat kalau aku bilang dia laki-laki gak bertanggung jawab. Semua ini adalah bagian dari rencana Tuhan bagi kehidupanku dan keluargaku. Egkau tak kunjung kembali dan tanpa kabar yang jelas sehingga disaat aku menginjak kelas 4 SD ibu memutuskan untuk mencari ayah baru buat kami anak-anakmu yang selalu merindukanmu selalu. Meski aku tidak memiliki ayah kandung yang bisa menemaniku tiap hari seperti temen-tmenku yang lain aku tidak kekurangan contoh untuk jadi lebih baik. Karena ada Islam yang mengajarkanku banyak ilmu kehidupan dan bagaimana menjalani kehidupan ini. Ada Allah sang pencipta dengan penuh kasih sayang dan rahmatnya, ada sosok Rosulullah dengan segala kebesaran dan kesabaranya meski ditinggal orangtuanya sejak kecil. Yupz.. Tuhan tidak pernah salah dalam menuliskan takdir hambannya, namun, yang terpenting adalah bagaimana denga takdir itu kita bisa kuat dan jadi lebih baik dibandingkan saudara-saudara kita yang lebih beruntung dari sisi keadaan di dunia ini. Bukankan Allah sudah berjanji bahwa Ia tidak akan merubah nasib hambanya yang tidak mau berusaha untuk merubahnya. So jika kita mau berusaha masih ada secercah cahaya terang buat jadi yang lebih baik bahkan melebihi dari saudara-saudara kita yang sedikit lebih beruntung ketika mereka dilahirkan. Tetap semangat dan Allah menunjukanya pelan-pelan seiring bertambahnya umurku. Dan di usiaku yang sudah ¼ abad ini banyak hal yang akal dan logika pikiranku tak mampu menjangkaunya karena semua pencapaian-pencapaian ini adalah atas kuasa dan kebesaranmu. Thanks Ya Allah engkau beri aku cobaan namun sekaligus Engkau beri kami kekuatan untuk menjalaninya dengan senyuman indah dibibirku. Note: buat temen-temen yang nyasar dimari, buat yang senasib ma aku yang sabar dan tetaplah berusaha dan positife thinking dengan rencana Tuhan. Buat yang masih memiliki sosok ayah dan Ibu yang selalu ada dan menyayangimu selalu jangan kau sia-siakan mereka, berikan yang terbaik buat mereka, buatlah mereka bangga dengan aklhakmu, agamamu, pencapaian prestasimu baik disekolah, kerja dan prestasi di agamamu. Jangan kau biarkan mereka bersedih dan menangis karenamu karena kalian adalah orang-orang yang beruntung dengan kelengkapan keluarga kalian. Tulisan ini kubuat bukan karena ingin dikasihani atau sok2’an atau giman kawan, murni aku sangat berat untuk menulisnya karena cukuplah aku yang menjalaninya. Namun, karena blog saya sudah lama kosong dan gak ada temen yang bisa saya pancing untuk share kisah hidupnya kuputuskan untuk menulis jalan hidupku dengan harapan temen-temen yang kesasar dapat sedikit pelajaran tentang bagaimana harus bersikap dan bersyukur atas kelengkapan orangtua di rumah. Somen_49 At home sweet home banyuwangi, 24/03/2012 |
Sunday, 25 March 2012
Tuhan Dimana Ayahku Kau Sembunyikan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment